Kamis, 31 Maret 2016

Keren! Lima Merek Kelas Dunia Ini Asli Indonesia


Ist /
Tak bisa dimungkiri lagi, banyak masyarakat Indonesia yang menyukai belanja dan mungkin Anda salah satunya. Pegalnya kaki, semakin tipisnya dompet, kadang tak menjadi penghalang untuk memuaskan “lapar mata”, meskipun banyak juga yang berbelanja karena benar butuh. Alhasil, Anda pun pulang ditemani kantong-kantong belanjaan, mulai dari pakaian, sepatu, tas, dan macam-macam, tentunya dengan berbagai merek.

Bicara soal merek, selain karena sudah terpercaya, desainnya yang terbilang bagus, nyaman dipakai, dan cenderung awet, tak bisa langsung lepas dari yang namanya gengsi. Kalau Anda bisa memakai barang bermerek dengan harga selangit, pasti ada rasa kebanggaan tersendiri, bukan?

Barang bermerek terkenal dengan desain menarik, nyaman, dan awet tak selamanya mutlak dari luar negeri. Itu karena ada lima merek buatan anak Indonesia yang sama kerennya dengan merek luar! Merek-merek ini pun sudah membuka cabang di mancanegara dan layak disandingkan dengan merek-merek kelas dunia lainnya. Kalau Anda belum tahu apa saja mereknya, Anda bisa bisa simak di bawah ini.

Lea
Apakah Anda salah satu yang mengernyitkan dahi ketika membaca merek ini? Jika iya, itu pasti karena selama ini Anda menyangka, merek pakaian denim, khususnya celana jeans ini berasal dari Amerika Serikat. Telah lebih dari empat dekade, Lea berhasil menampilkan citra Amerika terhadap produknya, bahkan model dan desain tokonya.

Alasan di balik citra Amerika dari merek yang awalnya hanya menjual kaos sejak 1976 itu adalah banyaknya orang masih memandang jeans terbaik adalah yang berasal dari Amerika. Nama Lea adalah nama kakak perempuan dari direktur perusahaan denim itu yang kebetulan lahir pada tahun ’70-an. Dengan desain, kualitas, dan harga yang masih dapat dijangkau, Lea berhasil bertahan dan mampu bersaing di tengah-tengah berjamurnya merek-merek baru.

WAKAI

Merek sepatu yang tokonya beraroma khas itu sering disebut-sebut berasal dari Jepang. Citra Jepang yang ditawarkan merek sepatu yang sekarang juga mengeluarkan produk tas ini berhasil menipu Anda. Ya, produk asli Indonesia berbahan kanvas ini memang memiliki desain unik dengan kualitas sekelas merek dunia.

Terdapat pula tulisan Made of Japan di tiap produknya. Tak heran semakin banyak yang menyangka WAKAI adalah merek luar negeri. Tulisan Made of Japan sebenarnya hanya bermaksud untuk menginformasikan ada campur tangan orang Jepang di dalam perancangan desainnya. Sejak 2012, WAKAI mampu menyaingi merek sepatu kanvas asal Amerika, Toms, dengan memasang harga lebih murah, namun desain lebih beragam. Tokonya pun sudah ada di Singapura dan Malaysia.

(X) S.M.L

Siapa sangka merek pakaian, tas, sepatu, dan aksesoris ini asli rancangan anak Indonesia? Biyan Wanaatmadja dan Benarty Suhali mendirikan perusahaan fesyen ini sejak 1999. Bermarkas di Jakarta, merek yang namanya menggunakan tiga ukuran pakaian itu sudah menjadi ikon tren fesyen di Asia. Dalam mal-mal kelas menengah ke atas di kota-kota besar Indonesia, tokonya pun bersampingan dengan toko produk-produk luar negeri yang pasti tak asing lagi di telinga Anda.

Menjadi salah satu pionir mode, (X) S.M.L sering menyelanggarakan fashion week bersama merk-merk terkenal lainnya. Tak hanya berfokus pada fesyen wanita, ia pun turut merajai tren fesyen pria.

BUCCHERI

Jika Anda penyuka tampilan formal, pasti Anda mengetahui merek ini. Sejak 1980, Buccheri mampu mempertahankan citra Italianya terhadap produk sepatunya. Sama seperti alasan Lea, citra Italia digunakan karena banyak orang memandang, sepatu dan sandal kulit terbaik adalah yang berhasil dari Italia.

Tak hanya mengeluarkan produk sepatu dan sandal kulit pria, Buccheri juga merambah produk sepatu kulit wanita. Toko Buccheri pertama kali dibuka di Pasar Baru, Jakarta Pusat. Namun sekarang, sudah ada sedikitnya 90 cabang Buccheri yang tersebar di kota-kota besar Indonesia. Kualitasnya yang amat baik membuatnya mampu bersaing dan bertahan lebih dari 30 tahun.

The Executive

Sama seperti Buccheri, The Executive menyegmentasikan pasarnya kepada orang-orang penyuka penampilan formal, khususnya para eksekutif. Tak hanya blus, kemeja, dan blazer, The Executive juga mengeluarkan produk lain, seperti ikat pinggang, dasi, kalung, dan juga sepatu.

Sebelum menjadi The Executive, ia menggunakan nama Executive 99. Merek pakaian kantor yang paling diminati di Indonesia ini didirikan Johanes Fanuel dan diproduksi di Jawa Barat, tepatnya di Bandung. Melihat respons baik dari masyarakat, The Executive pun sedang bersiap melebarkan sayapnya di pasar dunia.      

Sumber : Sinar Harapan

Selasa, 29 Maret 2016

R-80, Pesawat Buatan Indonesia 'Kejutan' untuk Dunia?

Liputan6.com, Jakarta - Mesin Allison menderu kencang, 2 baling-baling berputar cepat, sebuah pesawat putih, dengan warna biru di perutnya, mengambil posisi take off setelah berputar 180 derajat di ujung landasan. Bandara Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat diliputi suasana tegang kala itu. Sejumlah mobil pemadam kebakaran disiagakan, mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan.
Selang beberapa menit, burung besi dengan berat kosong 13.660 kg pun melaju sangat kencang, mendongak, dan kemudian mengangkasa dengan anggun. Dipandu CN-235 yang lepas landas lebih dulu.
Pesawat itu adalah N-250 Gatotkaca. Namanya diambil dari tokoh pewayangan yang konon punya kesaktian luar biasa: otot kawat balung wesi (berotot kawat dan bertulang besi). Ia juga mampu terbang di angkasa tanpa menggunakan sayap.
Dan ketika Sang Gatotkaca mengangkasa di atas Kota Bandung, ketegangan sirna. Kegelisahan orang-orang yang ada di sana berganti senyuman. Semua bertepuk tangan. Tak sedikit yang mengucurkan air mata.



Dari darat, Presiden Soeharto kemudian berbincang melalui radio komunikasi dengan pilot N-250 yang sedang mengudara. Di sampingnya, ada Dirut PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), Prof. Dr. Ing. BJ Habibie. Ia orang yang paling lega saat itu. Prediksi seujumlah pakar yang menyebut N-250 tak mampu terbang, dipatahkan telak.
Itulah momentum bersejarah penerbangan perdana pesawat ‘asli’ buatan anak bangsa, yang melalui proses panjang sejak tahun 1985.
Peristiwa terbang perdana pesawat N-250 pada 10 Agustus 1995 dijadikan peringatan sebagai Hari Kebangkitan Teknologi Nasional.
Sayangnya, keberhasilan ini tidak berlangsung lama. Proyek pesawat N-250 terhenti setelah krisis moneter yang menimpa Indonesia pada tahun 1998. Kini pesawat yang pernah menjadi kebanggan ini ‘mangkrak’ di area PT Dirgantara Indonesia (PT DI), yang dulunya bernama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN). Sang primadona dirgantara mungkin tak akan pernah bangkit.
Namun, kini, muncul pesawat-pesawat berlabel made in Indonesia. Memberi sepercik harap industri kedirgantaraan nusantara akan kembali bangkit. Salah satunya, Regio Prop 80 (R-80).